Ada yang mengatakan bahwa pagi yang indah identik dengan suara kicauan burung atau kabut tipis di kaki bukit. Namun, bagi para pecinta seni rupa modern dan tradisi otentik, pagi yang sempurna adalah ketika disambut oleh sebuah bangkai tikus yang tergeletak pasrah di tengah jalan. Sebuah karya seni yang utuh, dengan darah segar terlukis bagai cat air di atas aspal.
Pemandangan ini bukanlah sekadar kesadisan bagi sebagian orang, tapi sebuah bentuk seni jalanan kontemporer yang sarat makna. Praktik ini menawarkan sudut pandang yang berbeda, menyentuh berbagai aspek kehidupan perkotaan dari sudut pandang yang paling tidak terduga.
Fenomena ini bukanlah aksi tanpa arti, melainkan sebuah ritual yang dianut dengan penuh kesadaran, yang menyajikan tiga alasan filosofis utama: pengendalian lalu lintas alternatif, deklarasi kemenangan perburuan, dan penghormatan yang unik.
Peletakan bangkai tikus di jalan sering kali berfungsi sebagai penghalang alami. Para pengemudi akan cenderung melambat atau mengubah jalur mereka, menciptakan pola lalu lintas yang unik dan secara efektif mengurangi kecepatan kendaraan. Ini adalah sebuah bentuk intervensi pasif yang bertujuan untuk mengatur ritme pergerakan di jalanan kota.
Di kota-kota padat, perburuan tikus adalah sebuah kegiatan yang menuntut dedikasi. Bangkai tikus yang dipamerkan di jalanan adalah piala, sebuah bukti nyata dari keberhasilan perburuan malam. Ini adalah sebuah deklarasi yang mencolok, yang menandai kemenangan dalam pertempuran melawan hama yang merajalela.
Alih-alih mengubur tikus, peletakannya di jalan adalah cara untuk memberikan “panggung” terakhir. Bangkai yang “digenjet” oleh ban mobil dan motor menjadi bagian dari siklus kehidupan kota, sebuah persembahan yang tidak konvensional pada aspal yang seringkali menjadi saksi bisu dari kehidupan dan kematian.
Meskipun terlihat sebagai sebuah perayaan, praktik ini juga memiliki konsekuensi alami. Saat hujan datang, aroma dari bangkai tikus yang basah akan menguar ke udara, membawa serta kuman dan bakteri yang tak terlihat. Ini adalah sebuah pengingat bahwa setiap aksi di lingkungan kita, sekecil apa pun, akan selalu memiliki jejak dan dampak yang tak terhindarkan.