Setiap kali malam merambati buana dan menenggelamkan angkasa, sepi merambati batin penanti pagi…
Di balik punggung driver, dia memeluk angin, menyusuri lorong-lorong berfantasi, menembus waktu…
Matanya lelah, hatinya bising dengan suara—pekik dan rintihan beriringan, gemerincing asa yang berguguran, tercecer dalam citra yang kusam…
Benaknya larat, liar menabrak setiap gugusan pikiran dan keyakinan yang bergelantungan, terjuntai dari firman, sabda, dan mitos…
Inilah momen paling polos dan jujur untuk menelusuri ujung labirin berliku, menyingkap misteri yang acak, dan mencari jawaban atas teka-teki…
Mungkinkah Tuhan terlalu sempurna untuk dirinya, atau dia terlalu cengeng sebagai hamba bagi-Nya?
Filsafat tersandera oleh terma. Sains diusung nihilisme menuju liang akhirnya. Agama jadi simpul sampul kado kuasa…
Suara sumbang pelantun tua doa memecah sunyi menyongsong fajar dari musala beriring teriakan batinnya—beradu dan berpadu dalam orkestra siulan pengawal sepi…