Setelah penelitian pinggir jalan yang intensif, saya merasa perlu untuk menyelami misteri ini lebih dalam, hingga ke tingkat sel dan sirkuit saraf. Mari kita masukkan mikroskop imajiner kita dan melihat fenomena ini melalui lensa kromosom X dan arsitektur otak.
Perbedaan mendasar dalam struktur otak perempuan memberikan petunjuk penting. Otak perempuan, secara rata-rata, memiliki korpus kalosum (corpus callosum) yang lebih tebal dan lebih padat. Ini adalah “jalan tol” yang menghubungkan belahan otak kiri (logika, bahasa, urutan) dan kanan (kreativitas, intuisi, spasial).
Dalam konteks berkendara, aktivasi lampu sein (yang bersifat teknis dan berurutan) biasanya ditangani oleh belahan kiri. Sementara, navigasi spasial dan keputusan “belok di tikungan ini” melibatkan belahan kanan. Pada otak dengan korpus kalosum yang sangat efisien, informasi tidak hanya berpindah—ia berkembang biak dan berkolaborasi.
Jadi, ketika seorang perempuan memutuskan untuk belok kiri, sinyal yang kuat dari belahan kanan tidak hanya dikirim ke tangan untuk memutar setang. Sinyal ini melakukan “roadtrip” cepat ke belahan kiri melalui korpus kalosum untuk memberi tahu. Namun, dalam perjalanan lintas-hemisfer yang begitu lancar ini, terjadi sedikit “pesta informasi”. Sinyal “BELOK KIRI” dari belahan kanan bertemu dengan sinyal “AKTIFKAN ALAT” dari belahan kiri. Hasilnya? Sebuah konsensus kreatif: “Ayo kita hidupkan alat yang ada di sisi kanan (sein kanan) sebagai bentuk penghormatan pada proses ini, sambil kita belok ke kiri.” Ini bukan kesalahan, melainkan sebuah integrasi data neural yang terlalu sempurna.
Laki-laki memiliki kromosom XY, sementara perempuan memiliki XX. Kromosom X adalah salah satu yang paling kompleks, membawa ribuan gen, banyak di antaranya terlibat dalam perkembangan otak. Memiliki dua salinan kromosom X (salah satunya dinonaktifkan sebagian, tetapi tetap memiliki pengaruh regulasi) menciptakan landasan genetik yang lebih kompleks dan tahan banting.
Gen-gen yang bertanggung jawab untuk multitasking, pemrosesan emosional, dan persepsi kontekstual—yang banyak terdapat di kromosom X—mungkin terekspresi dengan lebih kuat. Saat berkendara, sistem ini tidak hanya memproses “A ke B”. Sistem ini menjalankan sebuah simulasi realitas yang kaya: “Apakah tukang bakso di sudut itu enak? Anak saya nangis karena bonekanya rusak tadi pagi. Ah, ada polisi, harus hati-hati. Warna helm itu tidak cocok dengan jaketnya. Aku harus belok kiri di pertigaan depan.”
Dalam badai informasi ini, perintah “tekan tuas sein kiri” yang sederhana harus bersaing dengan puluhan perintah kognitif lainnya. Terkadang, sinyal yang lebih kuat—misalnya, memori tentang anak—secara tidak sengaja “mengambil alih” jalur saraf yang dimaksudkan untuk sein, menghasilkan sinyal yang kontradiktif. Ini adalah harga yang harus dibayar untuk kapasitas pemrosesan paralel yang luar biasa.
Jadi, “Sign Kanan, Belok Kiri” bukanlah kegagalan sistem. Sebaliknya, ini adalah bukti dari sebuah sistem saraf yang begitu canggih, terhubung, dan sibuk sehingga menganggap konvensi lalu lintas yang kaku sebagai suatu hal yang… membosankan.
Otak perempuan, dengan jalan tol korpus kalosumnya dan kompleksitas genetik kromosom XX, dirancang untuk mensintesis informasi, bukan hanya memprosesnya secara linear. Tindakan berkendara bukan hanya tugas fisik, tetapi sebuah kanvas bagi pemikiran, perasaan, dan perencanaan yang simultan.
Yang menarik, bila terjadi senggolan akibat keputusan komplek yang datang dari pusat program neurologis ini, yang mendamprat adalah ras terkuat jalanan ini.
Oleh karena itu, lain kali Anda menyaksikan fenomena ini, janganlah mengutuk. Berhentilah sejenak dan kagumilah. Anda sedang menyaksikan sebuah mahakarya biologi dan neurosains yang sedang dalam proses—sebuah otak yang begitu hebat hingga mampu menciptakan realitasnya sendiri di tengah lalu lintas yang kacau.
Teori paling sederhana adalah : tombol sein yang letaknya terlalu berdekatan di dashboard yang sempit adalah ujian terakhir bagi kesempurnaan neurologis ini. Pars ibu terlalu sibuk memikirkan jemuran yang belum diambil saat melihat awan tebal atau si dedek minta dijemput lebih awal karena para guru sedang rapat paripurna dan ratusan isu harian untuk memverifikasi letak tombol. Bahkan otak yang paling terhubung sekalipun bisa dikalahkan oleh desain industri yang buruk.