Menurut sebagian kecil orang, baik dan buruknya setiap perbuatan ditentukan oleh esensinya. Menurut sebagian lain, tolok ukurnya adalah asal usul dan afiliasi primordial pelaku.
Sebagian orang berpandangan bahwa nilai suatu perbuatan terletak pada esensinya sendiri. Bagi mereka, kebenaran dan kesalahan adalah esensi yang dapat diidentifikasi melalui spektrum analisis filosofis, terlepas dari siapa subjek atau pelakunya, siapa objeknya, bagaimana, kapan, di mana dan sebagainya.
Sementara sebagian lain berpendapat bahwa sebuah nilai setiap perbuatan seperti sebuah karya seni—nilainya tak terlepaskan dari seniman yang menciptakannya. Di sini, latar belakang pelaku, afiliasi kesukuan, dan warisan kultural adalah bagian integral dari perbuatan itu sendiri. Suatu tindakan yang sama esensi, bentuk dan efeknya bisa dinilai sebagai aksi mulia atau perbuatan nista, tergantung pada pelaku dalam konteks genealogi yang berbeda.
Di depan galeri epistemologi etika ini kedua paradigma yang dialektik ini dihadirkan dalam aneka narasi yang saling melumat dan mengalihkan kita dari banyak agenda penting.