Ketika ribuan orang berdemonstrasi menuntut keadilan, modus pengalihan klasik pun dihidupkan kembali: “Dalangnya dari luar negeri!”.
Layaknya ritual tahunan, modus ini mengubah pertanyaan substantif “mengapa rakyat marah?” menjadi paranoid “siapa dalang asing di balik ini?”. Inilah seni menghindari evaluasi: ciptakan musuh imajiner, hindari introspeksi.
Daripada membahas tunjangan yang tak masuk akal di tengah rakyat sulit makan, lebih mudah menuding konspirasi asing. Daripada mengakui kesalahan sistem, lebih nyaman menyalahkan “tangan tak terlihat” dari luar negeri. Pola ini telah menjadi playbook standar untuk mengelak dari pertanggungjawaban.
Modus ini bersembunyi di balik jargon-jargon intelektual yang kosong. Di setiap tuntutan reformasi, ia ciptakan bayangan asing. Di setiap kritik substantif, ia dengar bisikan negara lain. Sebuah pertunjukan wayang dimana elite menjadi dalang yang menyorakkan “foreign intervention!” sambil menghindari cermin.
Padahal, rakyat bukan penonton bodoh. Mereka melihat harga sembilan bahan pokok melambung, sementara para wakil rakyat menikmati fasilitas mewah. Mereka merasakan ketidakadilan sistemik, sementara para elite sibuk berburu hantu imajiner.
Modus pengalihan ini berbahaya secara sistematis. Alih-alih menyelesaikan masalah, kita sibuk berburu kambing hitam. Alih-alih reformasi, kita dapat teori konspirasi. Alih-alih dialog substantif, kita disuguhi drama pencarian musuh bersama.
Yang paling tragis, modus ini sering kali justru datang dari mereka yang seharusnya paling bertanggung jawab atas masalah yang diprotes. Sebuah ironi yang memperlihatkan betapa sistem telah kehilangan kemampuan dasar untuk berefleksi.
Mungkin kita perlu mengingat: hantu terbesar bukan dari luar negeri, tapi dari sistem yang tidak lagi berpihak pada rakyat. Dan untuk hantu ini, teori konspirasi tak ada gunanya—hanya keberanian berkaca dan berbenah yang bisa mengusirnya.
Menyalahkan orang luar untuk masalah dalam negeri adalah pengakuan paling halus bahwa kita tak mampu memperbaiki diri.
Jangan lupa! Mengaku tahu tidak lebih hebat dari mengklaim tempe.