Partai-partai relijius kini lebih tegas menunjukkan penolakan terhadap demokrasi sekular dan liberal yang kotor dan biadab dan berhasil mengembangkan varian demokrasi yang lebih “nyata” – demokrasi jotos dan kepruk. Dalam sistem ini, kekuatan persuasi tidak lagi retorika kosong, tetapi retorika berbobot dengan bobot perabot muktamar dari botol air minum, lalu hingga kursi. Inilah demokrasi khas tanpa warna liberal yang terkutuk.
Prinsip Dasar Demokrasi Jotos:
- Satu orang, satu pukulan – setiap suara dihargai dengan intensitas yang setara
- Debat terbuka berarti benar-benar terbuka untuk segala bentuk kontak fisik
- Musyawarah untuk mufakat terjadi ketika satu pihak sudah terlalu capai untuk melanjutkan perlawanan
Kelebihan Sistem Ini:
- Cepat: tidak perlu debat berhari-hari, 5 menit adu fisik langsung ketahuan pemenangnya
- Jelas: hierarki partai terbentuk secara natural berdasarkan kekuatan fisik
- Transparan: tidak ada manipulasi suara ketika suara sudah berupa pukulan
Implementasi Kongkret:
· Kursi bukan untuk duduk, tapi untuk dilempar sebagai “amandemen kenyataan”
· Mikropon berfungsi ganda sebagai alat debat dan hardware kepruk.
Sementara partai-partai yang belum upgrade ke level jotos masih sibuk dengan survei elektabilitas, partai-partai relijius sudah melompat ke era politik di mana elektabilitas diukur dari kemampuan melempar dan kesigapan menghindari lemparan kursi.
Mungkin inilah evolusi demokrasi yang sesungguhnya – dari debat gagasan ke debat gasa’an.