Di tengah keriuhan—kelompok yang gemar melempar label “kafir” sembarangan, retorika toleransi yang manis cuma buat panggung pidato sambil bisik-bisik nyinyir soal agama tetangga, hingga negara yang asyik main catur elektoral—konstitusi berdiri bak pengawal elegan yang tak perlu berkoar. Tanpa drama berlebih, Pancasila dan UUD 1945 berbisik dengan sopan tapi tegas: “Keyakinanmu dicap ‘sesat’ tetangga? Tenang, hakmu tetap ku jaga.”
Pasal 29 Ayat (2) UUD 1945 bukan sekadar hiasan hukum yang berdebu, melainkan perisai tajam yang sering diabaikan. Saat debat soal “penyesatan” muter-muter kayak kaset lawas yang diputar sampai serak, konstitusi cuma mengedikkan bahu: “Tuduhan itu? Cuma omong kosong tanpa dasar hukum.” Daripada buang energi membela diri dari cercaan yang numpang hidup di kepala orang, mending kita sibuk membangun komunitas yang beneran nyata manfaatnya. Biar yang suka nyinyir capek sendiri.
Ironisnya, ada paradoks cerdas di sini: agama dan mazhab itu cair, gampang dipelintir atau ditolak, tapi konstitusi? Oh, itu kontrak sosial yang dingin, kaku, dan tak memihak. Ia tak peduli kamu mayoritas yang sok suci atau minoritas yang dianggap aneh. Selama keyakinanmu tak mengacauk ketertiban umum, konstitusi bilang, “Silakan, jalani hidupmu.” Kalau ada yang ngotot nyanyi-nyanyi soal “sesat”, konstitusi cuma melirik sinis: “Maaf, kamu bukan hakim moral di sini.”
Kalau ada yang getol melabeli “sesat”, santai saja. Dalam logika konstitusi, cap itu cuma embusan angin, tak punya kuasa hukum. Lagipula, seperti kata banyak kitab suci: urusan menentukan “sesat” atau “benar” bukan wewenang manusia, bukan?
Akhirnya, di tengah kegaduhan orang-orang yang sibuk mengatur keyakinan tetangga, berpegang pada konstitusi adalah cara paling anggun sekaligus nyinyir untuk menang. Ia mengajak kita melenggang santai, meninggalkan teriakan sesat dan fokus ke kerja nyata yang bermakna. Keyakinan yang setia pada konstitusi, meski dicap “sesat” oleh mulut-mulut sibuk, jauh lebih terhormat ketimbang “kebenaran” yang gemar menginjak hak orang lain. Labbaika ya Joulani!