Sungguh mengharukan bagaimana perjalanan udang dan cengkeh kita—yang telah berenang melintasi samudera dan terbang menembus benua sejak era VOC—kini harus berhenti di pelabuhan asing bukan karena aroma harum atau rasa lezatnya, melainkan karena detektor yang tiba-tiba berbunyi nyaring. Seolah komoditas kita memutuskan untuk berkarier sampingan sebagai bahan nuklir. Jangan-jangan memang reaktornya di mari…
Tentu saja, ada yang berbisik bahwa ini hanyalah sandiwara pasar global. Setelah Proteksionisme Trump mengenakan tarif ekspor, ia datang dengan jubah sains, membawa label “keamanan pangan” dan detektor radiasi yang entah kenapa baru diaktifkan ketika harga komoditas kita terlalu kompetitif.
Namun sebelum kita terlalu cepat menyalahkan “konspirasi imperialis”—istilah yang begitu nyaman untuk menjelaskan segala ketidakberuntungan—mungkin kita perlu menengok ke dalam. Apakah tanah tempat udang kita dibudidayakan benar-benar bersih? Apakah cengkeh kita dipanen dari kebun yang bebas kontaminasi? Atau jangan-jangan, dalam semangat mengejar kuantitas ekspor, kita lupa bahwa kualitas bukanlah slogan kampanye, melainkan standar yang bisa diukur—bahkan dengan alat secanggih detektor radioaktif?
Ada ironi yang menganga di sini. Negeri yang tongkat dan batu jadi tanaman dan pernah menjadi pusat rempah dunia, yang membuat bangsa-bangsa Eropa berdatangan untuk membeli atau menjarah, kini harus membuktikan bahwa cengkehnya aman untuk dikonsumsi. Udang yang dulu menjadi simbol kemewahan, kini dicurigai membawa partikel-partikel yang tidak diundang.
Boleh jadi ini memang strategi perdagangan yang licik—proteksionisme berbalut standardisasi. Tetapi boleh jadi pula ini adalah peringatan bahwa dalam kompetisi global, tidak cukup hanya memiliki produk yang berlimpah. Kita perlu paham bahwa pasar internasional bukan lagi bazaar tradisional di mana tawar-menawar cukup dilakukan dengan senyuman dan jabat tangan.
Yang lmengkhawatirkan adalah jika temuan radioaktif itu nyata, dan kita baru menyadarinya setelah negara lain yang memberitahu. Itu artinya, tetap mencurigai negeri imperialis sponsor utama rezim pelaku genosida, tak berarti tak menjaga kualitas produk sendiri.