Saya dan setiap pengikut AB pasti membenci penyalahgunaan kepercayaan dan penghormatan oleh siapapun, terutama yang mengaku sebagai ulama apalagi mengaku sebagai keturunan Nabi SAW. Tapi hanya mengeskpos perilaku buruk seorang habib tidaklah adil bahkan sama buruknya dengan prilaku buruk tersebut karena penyalahgunaan dikakukan oleh setiap orang yang berwatak buruk apapun asal usul etnisnya, bahkan bisa lebih buruk karena efek generalisasinya sangat luas dan bisa mengena yang tak berprilaku buruk.
Yang tak disadari oleh banyak orang, termasuk sebagian pengikut Ahlulbait, bahwa gelar kyai dan ustadz hanya disandang sebagian orang (yang dianggap agamawan), sedangkan gelar “habib” berlaku untuk semua orang yang bisa dipanggil habib, karena entah bagaimana mulanya kini habib menjadi sebutan untuk satu komunitas etnis tanpa pembedaan.
Bila ekspos intensif prilaku buruk oknum habib dilakukan, maka efek generalisasi bisa bergulir secara cepat dan menjadi kezaliman dengan korban yang tak dapat dihitung dengan jari.
Setiap entitas faktual atau apapun yang dapat dijumpai dan dikenali dalam realitas adalah substansi, yaitu sesuatu yang hadir dalam realitas seperti individu manusia (dengan identitas personalnya), mobil, rumah, kursi dan ponsel, bukan atribut khas yang disandangnya. Rumah, misalnya, menjadi fakta khusus yang berbeda dengan apapun selainnya dan disebut rumah karena esensi kerumahanya, yaitu bangunan dengan lantai, dinding dan atap serta pintu, dan karena fungsi yang menjadi tujuan pembangunannya, bukan karena besar dam kecilnya, sederhana dan mewahnya, letak dan bentuknya bukanlah substansi rumah, namun atribut yang aksidental dan relatif.
Perbuatan buruk dilakukan oleh individu karena mengabaikan norma etnik dan dan menganggap hukum agama sebagai omong buruk, bukan karena etnisnya, ukuran tubuhnya, kota kelahirannya dan sebagainya.
Mengekspos perbuatan buruk dengan menyertakan etnisnya mengesankan seolah perbuatan buruk tersebut hanya dilakukan oleh etnis tertentu saja. Ini bisa menjadi kezaliman besar meski kerap didasakan pada niat baik menunjukkan kecaman terhadap prilaku buruk yang patut dibenci.